Ketika perpecahan keluarga menjadi tontonan yang ditunggu dalam
sebuah episode infotainment setiap hari. Ketika aib seseorang
ditunggu-tunggu ribuan mata bahkan jutaan dalam berita-berita media
massa. Ketika seorang selebritis dengan bangga menjadikan kehamilannya
di luar pernikahan yang sah sebagai ajang sensasi yang ditunggu-tunggu
…’siapa calon bapak si jabang bayi?’ Ada khabar yang lebih
menghebohkan, lagi-lagi seorang selebritis yang belum resmi berpisah
dengan suaminya, tanpa rasa malu berlibur, berjalan bersama pria lain,
dan dengan mudahnya mengolok-olok suaminya. Wuiih…mungkin kita bisa
berkata, “ya wajarlah artis, kehidupannya ya seperti itu, penuh
sensasi. Kalau perlu dari mulai bangun tidur sampai tidur lagi,
aktivitasnya diberitakan dan dinikmati oleh publik.”
Wuiiih…ternyata sekarang bukan hanya artis yang bisa seperti itu,
sadar atau tidak, ribuan orang sekarang sedang menikmati aktivitasnya
apapun diketahui orang, dikomentarin orang bahkan mohon maaf
…’dilecehkan’ orang, dan herannya perasaan yang didapat adalah
kesenangan.
Fenomena itu bernama facebook…
Setiap saat para facebooker meng-update statusnya agar bisa dinikmati dan dikomentarin lainnya. Lupa atau sengaja hal-hal yang semestinya menjadi konsumsi internal keluarga, menjadi kebanggaan di statusnya. Lihat saja beberapa status facebook:
Seorang wanita menuliskan “Hujan-hujan malam-malam sendirian, enaknya ngapain ya…?”–kemudian puluhan komen bermunculan dari lelaki dan perempuan, bahkan seorang lelaki temannya menuliskan “mau ditemanin? Dijamin puas deh…”
Seorang wanita lainnya menuliskan “Bangun tidur, badan sakit semua, biasa….habis malam jumat ya begini…” kemudian komen-komen nakal bermunculan…
Ada yang menulis “bete nih di rumah terus, mana misua jauh lagi…”, –kemudian komen-komen pelecehan bermunculan
Ada pula yang komen di wall temannya “ eeeh ini si anu ya …., yang dulu dekat dengan si itu khan? Aduuh dicariin tuh sama si itu…” –lupa kalau si anu sudah punya suami dan anak-anak yang manis
Yang laki-laki tidak kalah hebat menulis statusnya “habis minum jamu nih…, ada yang mau menerima tantangan?’ –langsung berpuluh-puluh komen datang
Ada yang hanya menuliskan, “lagi bokek, kagak punya duit…”
Ada juga yang nulis “ mau tidur nih, panas banget…bakal tidur pake dalaman lagi nih!”
Dan ribuan status-status yang numpang beken dan pengin ada komen-komen dari lainnya.
Hal itu, sadar atau tidak sadar dinikmati oleh indera kita, mata kita, telinga kita, bahkan pikiran kita.
Ada yang lebih kejam dari sekedar status facebook, dan herannya
seakan hilang rasa empati dan sensitivitas dari tiap diri terhadap
hal-hal yang semestinya ditutup dan tidak perlu ditampilkan.
Seorang wanita dengan nada guyon mengomentarin foto yang baru saja di-upload
di albumnya, foto-foto saat SMA dulu setelah berolah raga memakai kaos
dan celana pendek…padahal sebagian besar yang di dalam foto tersebut
sudah berjilbab
Ada seorang karyawati meng-upload foto temannya yang
sekarang sudah berubah dari kehidupan jahiliyah menjadi kehidupan
islami, foto saat dulu jahiliyah bersama teman-teman prianya
bergandengan dengan ceria.
Ada pula seorang pria meng-upload foto seorang wanita
mantan kekasihnya dulu yang sedang dalam kondisi sangat seronok padahal
kini sang wanita telah berkeluarga dan hidup dengan tenang
Rasanya hilang apa yang diajarkan seseorang yang sangat dicintai
Allah, yaitu Muhammad SAW, Rasulullah kepada umatnya. Seseorang yang
sangat menjaga kemuliaan dirinya dan keluarganya. Ingatkah ketika
Rasulullah bertanya pada Aisyah r.ha, “ Wahai Aisyah apa yang dapat
saya makan pagi ini?” maka Istri tercinta, sang humairah, sang pipi
merah Aisyah menjawab “ Rasul, kekasih hatiku, sesungguhnya tidak ada
yang dapat kita makan pagi ini”. Rasul dengan senyum teduhnya berkata
“baiklah Aisyah, aku berpuasa hari ini”. Tidak perlu orang tahu bahwa
tidak ada makanan di rumah rasulullah.
Ingatlah Abdurahman bin Auf r.a mengikuti Rasulullah berhijrah dari
mekah ke madinah, ketika saudaranya menawarkannya sebagian hartanya,
dan sebagian rumahnya, maka abdurahman bin auf mengatakan, tunjukan
saja saya pasar. Kekurangannya tidak membuat beliau kehilangan
kemuliaan hidupnya. Bahwasanya kehormatan menjadi salah satu indikator
keimanan seseorang, sebagaimana Rasulullah, bersabda, “Malu itu
sebahagian dari iman”. (Bukhari dan Muslim).
Dan fenomena di atas menjadi Tanda Besar buat kita umat Islam,
hegemoni ‘kesenangan semu’ dan dibungkus dengan ‘persahabatan
fatamorgana’ ditampilkan dengan mudahnya celoteh dan status dalam
facebook yang melindas semua tata krama tentang Malu, tentang menjaga
Kehormatan Diri dan keluarga. Dan
Rasulullah SAW menegaskan dengan sindiran keras kepada kita, “Apabila
kamu tidak malu maka perbuatlah apa yang kamu mau.” (Bukhari).
Arogansi kesenangan semakin menjadi-jadi dengan tanpa merasa
bersalah mengungkit kembali aib-aib masa lalu melalui foto-foto yang
tidak bermartabat yang semestinya dibuang saja atau disimpan rapat.
Bagi mereka para wanita yang menemukan jati dirinya, dibukakan
cahayanya oleh Allah sehingga saat di masa lalu jauh dari Allah
kemudian ter-inqilabiyah, ter-shibghoh, (tercelup
dan terwarnai cahaya ilahiyah), hatinya teriris melihat masa lalunya
dibuka dengan penuh senyuman, oleh orang yang mengaku sebagai teman,
sebagai sahabat.
Maka jagalah kehormatan diri, jangan tampakkan lagi aib-aib masa lalu, mudah-mudahan Allah menjaga aib-aib kita.
Maka jagalah kehormatan diri kita, simpan rapat keluh kesah kita,
simpan rapat aib-aib diri, jangan bebaskan ‘kesenangan’, ‘gurauan’
membuat Iffah kita luntur tak berbekas.
Sumber :
http://hikmah32.wordpress.com/2009/10/19/di-balik-fenomena-facebook/#more-85?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar